Banyaknya orang-orang berlatar belakang militer dibalik upaya pembersihan kader-kader bermasalah Partai Demokrat(PD) dilihat karena fase 'turbulensi' di partai berlambang mercy itu semakin panas. Di dalamnya ada relasi antagonistik antarelite.
"Jika tak diantisipasi memang akan menjdi eskalatif dan kekecewaan pun kian masif. Dalam kondisi seperti itu kerap parpol meniru tradisi politik Indonesia yang selalu memapankan pengaruh militer atau mantan militer sebagai 'strong-figure'. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena TNI memang organisasi yang punya tradisi 'unity of command' dan itu dipelihara secara berstruktur sehingga membentuk cara berpikir yang kerap tak menolerir 'uncertainty' di setiap konteks dinamika yang terjadi,"ujar Pengamat Politik Universitas Paramadina, Gun-Gun Heryanto kepada Tribunnews.com, Selasa(14/2/2012).
Seperti diketahui sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Letjen purnawirawan TB Silalahi menggantikan Amir Syamsuddin menjabat Sekretaris Dewan Kehormatan. Sementara posisi TB Silalahi di Komisi Pengawas juga diisi oleh pensiunan TNI Suaedy Marassabessy.
Sepertinya kata Gun-Gun pengalaman dari figur-figur berlatar belakang militer ini kerap dipakai atau secara sengaja dipasang dalam politik, termasuk yang dilakukan Partai Demokrat. Gun-Gun menambahkan situasi yang 'tidak pasti' dan 'tidak nyaman' membuat para elit Partai Demokrat di Dewan Pembina, mendistribusikan kewenangan kepada sosok-sosok berlatarbelakang militer untuk tampil menjadi 'spoke-person' dalam mengelola relasi antagonistik tidak hanya di lingkungan internal nantinya tapi juga dalam konteks hubungannya denga posisi Demokrat dengan pihak eksternal.
"Jadi, tidak aneh mengingat tradisi itu secara historis menjadi seolah mapan atau dimapankan oleh berbagai pihak. Bagi saya persepsi bahwa sosok berlatar TNI selalu bisa menjadi 'strong figure' dan bisa membangun kohesivitas antar faksi itu tidak selalu tepat, karena dinamika sudah berubah. Jadi, yang paling tepat adalah bagaimana PD secara sistemik membangun organisasi yang kuat dan modern berbasis kader. Bukan tetap melanggengkan orang tradisional berbasis politik figur yang nantinya akan cenderung melahirkan fenomena 'group think' dan partai berjalan feodal,"jelas Gun-Gun.
Lebih jauh Gun-Gun menjelaskan kekuatan partai modern adalah pada persistensi aturan main, bukan pada figur.
"Jika aturan main kuat, maka prosedur internal sudah pasti bisa membuat proses 'reward and funishment' yang berjalan di antara kader-kader," katanya.
Figur Militer Sengaja Dipakai SBY Bersihkan Kader Bermasalah - Tribunnews.com
"Jika tak diantisipasi memang akan menjdi eskalatif dan kekecewaan pun kian masif. Dalam kondisi seperti itu kerap parpol meniru tradisi politik Indonesia yang selalu memapankan pengaruh militer atau mantan militer sebagai 'strong-figure'. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena TNI memang organisasi yang punya tradisi 'unity of command' dan itu dipelihara secara berstruktur sehingga membentuk cara berpikir yang kerap tak menolerir 'uncertainty' di setiap konteks dinamika yang terjadi,"ujar Pengamat Politik Universitas Paramadina, Gun-Gun Heryanto kepada Tribunnews.com, Selasa(14/2/2012).
Seperti diketahui sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Letjen purnawirawan TB Silalahi menggantikan Amir Syamsuddin menjabat Sekretaris Dewan Kehormatan. Sementara posisi TB Silalahi di Komisi Pengawas juga diisi oleh pensiunan TNI Suaedy Marassabessy.
Sepertinya kata Gun-Gun pengalaman dari figur-figur berlatar belakang militer ini kerap dipakai atau secara sengaja dipasang dalam politik, termasuk yang dilakukan Partai Demokrat. Gun-Gun menambahkan situasi yang 'tidak pasti' dan 'tidak nyaman' membuat para elit Partai Demokrat di Dewan Pembina, mendistribusikan kewenangan kepada sosok-sosok berlatarbelakang militer untuk tampil menjadi 'spoke-person' dalam mengelola relasi antagonistik tidak hanya di lingkungan internal nantinya tapi juga dalam konteks hubungannya denga posisi Demokrat dengan pihak eksternal.
"Jadi, tidak aneh mengingat tradisi itu secara historis menjadi seolah mapan atau dimapankan oleh berbagai pihak. Bagi saya persepsi bahwa sosok berlatar TNI selalu bisa menjadi 'strong figure' dan bisa membangun kohesivitas antar faksi itu tidak selalu tepat, karena dinamika sudah berubah. Jadi, yang paling tepat adalah bagaimana PD secara sistemik membangun organisasi yang kuat dan modern berbasis kader. Bukan tetap melanggengkan orang tradisional berbasis politik figur yang nantinya akan cenderung melahirkan fenomena 'group think' dan partai berjalan feodal,"jelas Gun-Gun.
Lebih jauh Gun-Gun menjelaskan kekuatan partai modern adalah pada persistensi aturan main, bukan pada figur.
"Jika aturan main kuat, maka prosedur internal sudah pasti bisa membuat proses 'reward and funishment' yang berjalan di antara kader-kader," katanya.
Figur Militer Sengaja Dipakai SBY Bersihkan Kader Bermasalah - Tribunnews.com
ri4nx 14 Feb, 2012
Mr. X 14 Feb, 2012
-
Source: http://andinewsonline.blogspot.com/2012/02/figur-militer-sengaja-dipakai-sby.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar